quranreview

Merayumu – Refleksi Surah An Nas Bagian Terakhir

Merayumu – Refleksi Surah An Nas Bagian Terakhir

Bismillah, kita ketemu lagi untuk membahas bagian terakhir dari surah An-Nas.

 

Ayat 4

 مِن شَرِّ ٱلْوَسْوَاسِ ٱلْخَنَّاسِ

Kita masuk ke kata pertama di ayat ke-4 surah An-Nas yaitu شَرِّ.

 (baik) الخَيْرُ keburukan, kejahatan yang menyakitkan) merupakan lawan dari) شَرِّ 

Kemudian, kata kedua yaitu وَسْوَاسِ (bisikan). وَسْوَاسِ merupakan isim fa’il yang bisa juga dikatakan sebagai majas hiperbola. Pelakunya amat ahli di bidangnya, jadi bukan pelaku yang biasa-biasa aja.

Seperti suara gemerincing perhiasan yang suara itu pelaaan banget sampe kita nggak sadar kalau ada suaranya. Kalau diibaratkan nih, seperti bisikan seorang pemburu kepada anjingnya. Pelan banget, bisik-bisik, nggak kedengeran, tapi ada suaranya.

Kata terakhir di ayat ke-4 selanjutnya yaitu خَنَّاسِ (yang bersembunyi). خَنَّاسِ ini sifatnya kadang ada, kadang engga. Pernah lihat bintang kan? Bintang kalau dilihat dari bumi, cahayanya kelihatan kerlap kerlip. Kadang ada, kadang enggak. Tiba-tiba terang, tiba-tiba ngilang. Atau kayak orang ghosting. Dateng, lalu pergi. Tiba-tiba balik, tiba-tiba ngilang lagi…

Atau rasengan, jurusnya Boruto yang kemarin udah kita bahas. Dia awalnya kelihatan, tapi pas udah mau deket sama musuh malah gak kelihatan, ngilang.

So, kalau diringkas  ٱلْخَنَّاسِ  itu punya dua makna:

  1. Disappear without notice, menghilang tanpa pemberitahuan, tanpa sadar. Kayak kerlap-kerlipnya bintang, orang yang ghosting, dan rasengan. 
  2. To make something delay, bisikan yang bisa membuat orang terganggu dan terjeda ketika melakukan suatu kegiatan.

 

Job Desk-nya Setan

Kita tau bersama bahwa manusia di dunia itu waktunya terbatas (seperti dalam surah Al-’Asr). So, di ayat 4 ini, setan menggoda manusia bukan dengan menghalang-halangi dalam berbuat kebaikan, tetapi dengan menunda-nunda waktu manusia dalam berbuat kebaikan.

“Jangan sholat, jangan ngaji!” ❌

Sholatnya nanti aja deh, 5 menit lagi, nanggung. Ngajinya kalau abis magrib ajaa” ✅

Jadi, jangan sesekali meremehkan bisikan atau suara. Sebab Alquran itu sendiri sejatinya adalah suara, sesuatu yang kita dengar dan pada akhirnya Alquran bisa mengubah seseorang.

 

Begitu juga dengan bisikan setan, bisa mengubah seseorang.

Yang perlu kita sadari, bisikan itu pasti berasal dari hal-hal yang dekat dengan kita. Sebab, nggak mungkin kalau membisikkan tapi jaraknya jauh banget. Dan yang posisinya dekat dengan kita, terkadang tidak kita sadari bahwa yang terdekat itu adalah berbahaya.

Nah, kalau di ayat 4 Surah An-Nas, Allah mention dengan kata شَرِّ.

‘Syar’ itu kejahatan yang ternyata menyakitkan walaupun porsinya amat sangat kecil.

Kejahatan itu bukan berasal dari sesuatu yang jauh, bisa jadi berasal dari hal yang paling deket sama kita. So, apapun yang kita dengarkan harus banget kita perhatikan.  

 

Ayat 5

ٱلَّذِى يُوَسْوِسُ فِى صُدُورِ ٱلنَّاسِ

Kata yang pertama yaitu يُوَسْوِسُ (membisikkan) diawali dengan kata ٱلَّذِ (yang) menggunakan isim mausul, yang menghubungkan. Ini seperti qarin (qarana) yang selalu menemani sejak kita dilahirkan. Ada yang membisikkan keburukan dan ada juga yang membisikkan kebaikan. Karena qarin ini berada di dekat kita, maka dia pasti tau semua kelebihan dan kekurangan kita.

Nah, yang membisikkan keburukan ini selalu standby dan selalu menemukan celah mana yang kurang di diri kita. Dia akan mengubah yang baik jadi buruk dan memperindah yang buruk agar terlihat baik.

Kata selanjutnya yaitu صُدُورِ (dada). Sesuatu yang sangat berharga. Organ yang sangat unique. Dan tahukah kamu ternyata dia melindungi/membungkus organ yang sangat-sangat berharga? Apa yang dilindungi oleh dada? 

 

Ialah jantung (heart).

Akses setan hanya bisa sampai dada aja, nggak bisa masuk ke dalam jantung manusia. Setan hanya bisa nunggu di luar aja.

Dan di jantung kita, seakan ada pintu kecil yang tertutup. Setan nggak bisa membuka pintu yang udah kita tutup dengan keimanan. Tapi setan juga bisa masuk kalau kita sendiri yang membukakan akses untuknya.

Kalau setan udah berhasil masuk ke pintu yang udah kita tutup rapat. maka dia akan take over semuanya, mengambil alih dan me-reset pandangan mata kita; memperindah perbuatan buruk.

Setan itu sangat ahli marketing. Produk yang hancur dan buruk banget bisa dipacking dengan sangat rapi dan mewah.

Kalau kita udah terjebak bisikan setan, akhirnya manusia hanya bisa berkata “iya aku tau itu buruk, tapi aku nggak bisa mengontrol itu.” Nah loh, terus salah siapa kalau gitu? Padahal yang udah ngasih aksesnya ke setan siapa? Ya siapa lagi, kalau bukan dia manusianya sendiri.

Dan, parahnya ketika setan sudah berhasil masuk dan take over hati manusia, setan akan meng-ghosting manusia ketika di dunia sampai akhirat, ‘cuci tangan’ dari kesalahan yang dilakukan manusia.

Seperti di surah Ibrahim ayat 22:

 

وَقَالَ ٱلشَّيْطَـٰنُ لَمَّا قُضِىَ ٱلْأَمْرُ إِنَّ ٱللَّهَ وَعَدَكُمْ وَعْدَ ٱلْحَقِّ وَوَعَدتُّكُمْ فَأَخْلَفْتُكُمْ ۖ وَمَا كَانَ لِىَ عَلَيْكُم مِّن سُلْطَـٰنٍ إِلَّآ أَن دَعَوْتُكُمْ فَٱسْتَجَبْتُمْ لِى ۖ فَلَا تَلُومُونِى وَلُومُوٓا۟ أَنفُسَكُم ۖ مَّآ أَنَا۠ بِمُصْرِخِكُمْ وَمَآ أَنتُم بِمُصْرِخِىَّ ۖ إِنِّى كَفَرْتُ بِمَآ أَشْرَكْتُمُونِ مِن قَبْلُ ۗ إِنَّ ٱلظَّـٰلِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌۭ 

Artinya:

Dan setan berkata ketika perkara (hisab) telah diselesaikan, “Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan aku pun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku, tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku tidak dapat menolongmu, dan kamu pun tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu.” Sungguh, orang yang zalim akan mendapat siksaan yang pedih

 

Ayat 6

مِنَ ٱلْجِنَّةِ وَٱلنَّاسِ

Ayat ke-6 ini Allah ngejelasin agar berlindung dari setan golongan jin dan manusia (ٱلْجِنَّةِ وَٱلنَّاسِ). Kata جِنَّةِ (jin) merujuk pada sesuatu yang tak kasat mata. Makhluk yang berasal dari api dan ada sebelum diciptakannya manusia. Sedangkan, kata ٱلنَّاسِ (manusia) yang Allah ciptakan dari tanah.

Ternyata godaan dari manusia itu lebih parah daripada jin. Godaan para Nabi waktu itu lebih parah datang dari sesama manusia daripada godaan dari setan.

Sampai kita tau kalau Fir’aun pernah mengaku sebagai tuhan. Dia manusia yang udah kena bisikan setan, tapi ternyata lebih parah dari setan. Karena mereka nggak pernah berkata “aku adalah Tuhanmu”, tetapi Firaun dari kalangan manusia pernah berkata “aku adalah Tuhanmu.

Yapp! Manusia itu memiliki potensi untuk lebih baik daripada malaikat, tetapi juga berpotensi untuk lebih buruk daripada setan.

Untuk itu, yuk minta perlindungan kepada Allah sebagai Rabb, Malik, dan Illah kita untuk menghalau kejahatan yang mengerikan dari bisikan setan ini.

Artikel Lainnya

Mencari – Refleksi Surah An Nas Bagian Kedua

Mencari – Refleksi Surah An Nas Bagian Kedua

Jadi, kenapa urutannya Rabb dulu, lalu Malik, kemudian Illah? Karena dalam memahami diri kita sebagai manusia, bisa kita mulai dari memahami bahwa Allah sebagai pemilik (owner) kita, kemudian Allah yang berkuasa (king) yang memberi petunjuk untuk kita, dan yang terakhir adalah karena Allah adalah Tuhan (god) kita.

Seperti saat tv kita rusak, kita sebagai pemilik (owner) pasti memiliki hasrat untuk memperbaiki tv kepada service center (king). kalau emang udah nggak bisa, barulah kita berpasrah pada Allah (god).

Dari sini kita bisa belajar, bahwa dari kebutuhan atau problem kecil sampai yang besar pun, Allah bisa take care semua.

Sebelum lanjut ke Surah An-Nas, kita mulai dari QS. Al-A’raf ayat 172

وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?

Di ayat itu, ada pertanyaan “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Pertanyaan yang mengingatkan kita kalau sebelum penciptaan manusia, seluruh ruh manusia dikumpulkan. Saat itu juga Allah membaiat dengan pertanyaan itu.

Tanpa ragu dan berpikir panjang, manusia menjawab “Iya”

Namun, ketika kita lahir di dunia, memori itu dihilangkan. Kita nggak inget sama sekali tentang peristiwa dan percakapan itu.

And then, Al-Qur’an dengan sangat epiknya mengingatkan tentang kejadian itu melalui ayat ini. MasyaAllah.

 

So, kalau diringkas jadinya gini.

Pertama, kita udah pernah ketemu dan ngobrol sama Allah. Terus, kita nggak sadar, kalau ada bagian dari diri kita yang masih inget mengenai moment itu. Bagian itu masih tertanam banget di alam bawah sadar kita. Kalian tau apakah bagian itu?

Bagian itu adalah Ruh. Yap, ruh kita itu masih ingat banget, masih membekas masa-masa indah saat ketemu Allah. Tapi sayangnya otak kita gak inget sama sekali, seakan lumpuh ingatannya. Jadi gak heran kalau kadang-kadang ruh kita tuh kangen sama moment itu.

Nah, ketika sekarang manusia di dunia, moment kangen itu wujudnya adalah manusia yang selalu mencari-cari sesuatu dan nggak pernah puas sama suatu hal. Kalau misalkan udah achieve sesuatu, pasti pengen achieve yang lebih tinggi lagi. 

Pengen ini dan itu terus tanpa ada puasnya. Selalu pengen upgrade, pengen improve. Dan itulah manusia. Yang menjadikan diri kita sebagai manusia yang sebenarnya adalah sifat untuk selalu ingin yang lebih lagi dan lagi.

Kalau misalnya dibandingkan dengan hewan. Kambing itu dari dulu selalu makan rumput, gak ada keinginan untuk minta mayonaise/saos dan lain-lain. Lebah juga gitu, bentuk sarangnya bulet, gak ada kemauan untuk improve jadi bentuk yang lain. Segitiga atau kotak misalnya.

Nah, manusia itu berbeda, selalu menginginkan hal yang lebih. Di alam bawah sadarnya tuh udah tertanam untuk mencari kesempurnaan. Jadi, secara tidak sadar sebenarnya manusia itu terus menerus mencari hal yang paling sempurna, mencari hal yang paling tinggi. 

Kadang-kadang mikir, sebenarnya apa sih yang dicari manusia itu? Uang yang banyak, jabatan yang tinggi, pasangan yang cantik/ganteng, kebahagiaan, atau apalah itu lain-lain deh. Kalau carinya itu, maka nggak akan ada habisnya. Karena tiap dari mereka pasti akan selalu ada cacatnya, akan selalu ada kurangnya.

Jadi, sebenarnya manusia itu mencari Yang Maha Sempurna. Fitrahnya manusia itu secara tidak sadar ada sebuah algoritma yang sedang mencari Tuhannya dalam hidup ini. Ada hasrat untuk mencari yang sempurna, mencari yang lebih tinggi.Itu adalah wujud dari ruh kita yang ingin kembali dan mencari Allah, karena sebelumnya udah pernah ketemu. Manusia sebenernya rindu banget sama Rabb, Malik, dan Illah-nya.

 

Yuk… Bahas An-Nas lagi

Dari moment di atas, mari kita maknai lagi 3 asma Allah di Surah An-Nas. Jamaah mondate-iyah, masih inget arti dari Rabb, Malik, dan Illah kan? Yuk, kita inget-inget lagi.

رَبِّ (Rabb) = Owner, pemilik yang merawat, melindungi, menjaga, memberi rizki
مَلِكِ (Malik) = King, raja yang memberi aturan
إِلَٰهِ (Illah) = God, tuhan, sesembahan, sesuatu untuk diibadahi

Kata owner dan king biasanya hanya ada di lingkup hewan dan tumbuhan aja. Mereka hanya butuh dua itu aja. Butuh untuk dirawat, diberi makan dan minum, serta dijaga dengan aturannya tertentu.

Tapi kalau manusia, dia selalu butuh Tuhan, butuh Illah. Nah,

kalau manusia nggak butuh Tuhan, berarti sama seperti???

(thariq, di sini bisa kasih clue gambar hewan dan tumbuhan, tapi biar pembaca yang jawab sendiri hehe)

Manusia itu butuh Tuhan, sesembahan, sesuatu yang diibadahi. Maka dari itu, manusia disebut sebagai manusia karena kita punya Tuhan, punya Illah.

Jadi, surah An-Nas adalah surah yang membahas tentang manusia. Surah yang ayat 1-3 nya memberikan identitas kita sebagai manusia. Ketiga asma tersebut juga menandakan hubungan manusia dengan Allah.

Ibaratnya gini, seorang mas X menikahi teman kuliahnya mbak Y. Maka peran mbak Y di mata mas X adalah 1) sebagai teman kuliah, 2) istri, dan 3) ibu dari anak-anaknya.

Dan Allah di mata manusia juga gitu, sebagai 1) Pemilik dan Pencipta yang merawat serta memberi rizki, 2) Penguasa yang memberi petunjuk untuk hidup, 3) Tuhan yang memang layak untuk disembah.Seperti halnya film Minion di tahun 2015,

seberapa nikmat kehidupan kita di dunia, bisa tiba-tiba jadi hampa kalau nggak ada Tuhan.

 

Lantas…..

Coba hitung, berapa manusia di dunia ini yang statusnya sebagai Owner? Pastinya banyak. Setiap manusia pasti memiliki sesuatu.

Lalu berapa manusia di dunia ini yang statusnya sebagai King? Tentu lebih sedikit daripada owner. Hanya orang-orang yang berperan sebagai pemimpin negara aja yang mampu berkuasa dan memiliki aturan tertentu.

Tapi, berapa di dunia ini yang statusnya sebagai Rabb? Hanya satu. Yaitu Allah.Dari sini, notice nggak dari kata Rabb, Malik, dan Illah? Ketiganya itu kayak piramida terbalik.

Ini menandakan bahwa urutan dalam Al-Quran pasti mempunyai maksud tertentu.

Dan, salah satu kesuksesan terbesar iblis yaitu ketika ada yang lebih durhaka daripada iblis, ada yang lebih jahat dan buruk daripada iblis.

Sejahat-jahatnya iblis, dia nggak pernah mengakui bahwa dirinya adalah tuhan.

Dan yang satu ini, dia bahkan mengakui dirinya Rabb, Malik, dan Illah

فَقَالَ أَنَا۠ رَبُّكُمُ ٱلْأَعْلَىٰ

(Seraya) berkata, “Akulah tuhanmu yang paling tinggi.” (An-Nazi’at: 24)

 

وَنَادَىٰ فِرْعَوْنُ فِى قَوْمِهِۦ قَالَ يَـٰقَوْمِ أَلَيْسَ لِى مُلْكُ مِصْرَ وَهَـٰذِهِ ٱلْأَنْهَـٰرُ تَجْرِى مِن تَحْتِىٓ ۖ أَفَلَا تُبْصِرُونَ

Dan Firaun berseru kepada kaumnya (seraya) berkata, “Wahai kaumku! Bukankah kerajaan Mesir itu milikku dan (bukankah) sungai-sungai ini mengalir di bawahku; apakah kamu tidak melihat? (Az-Zukhruf: 51)

 

وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَـٰٓأَيُّهَا ٱلْمَلَأُ مَا عَلِمْتُ لَكُم مِّنْ إِلَـٰهٍ غَيْرِى فَأَوْقِدْ لِى يَـٰهَـٰمَـٰنُ عَلَى ٱلطِّينِ فَٱجْعَل لِّى صَرْحًا لَّعَلِّىٓ أَطَّلِعُ إِلَىٰٓ إِلَـٰهِ مُوسَىٰ وَإِنِّى لَأَظُنُّهُۥ مِنَ ٱلْكَـٰذِبِينَ

Dan Firaun berseru kepada kaumnya (seraya) berkata, “Wahai kaumku! Bukankah kerajaan Mesir itu milikku dan (bukankah) sungai-sungai ini mengalir di bawahku; apakah kamu tidak melihat? (Al-Qasas: 38)

 

Dan dia adalah Firaun, satu-satunya manusia yang mengaku sebagai rabb, malik, dan illah. Inilah kebalikan dari surah An-Nas. Iblis berhasil banget memberikan ‘was-was’ kepada Firaun. Tapi itu dulu, kalau sekarang, apakah masih ada yang sifatnya seperti Firaun? Mungkin namanya “Firaun versi 5.0” ??

 

أَفَرَءَيْتَ مَنِ ٱتَّخَذَ إِلَـٰهَهُۥ هَوَىٰهُ وَأَضَلَّهُ ٱللَّهُ عَلَىٰ عِلْمٍۢ وَخَتَمَ عَلَىٰ سَمْعِهِۦ وَقَلْبِهِۦ وَجَعَلَ عَلَىٰ بَصَرِهِۦ غِشَـٰوَةً فَمَن يَهْدِيهِ مِنۢ بَعْدِ ٱللَّهِ ۚ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ

Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat dengan sepengetahuan-Nya, dan Allah telah mengunci pendengaran dan hatinya serta meletakkan tutup atas penglihatannya? Maka siapakah yang mampu memberinya petunjuk setelah Allah (membiarkannya sesat)? Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? (Al-Jasiyah: 23)

 

Ternyata secara tidak langsung manusia menuhankan hawa nafsunya, mengambil tuhan selain Allah. Maka siapapun yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhan, selalu dituruti, selalu diikuti, maka ia juga bisa dikatakan sebagai Firaun versi mini.

Kembali lagi, gimana caranya biar kita terlindung dari kejahatan seperti yang dilakukan Firaun maupun bisikan dari setan? Salah satunya dengan membaca Surah An-Nas ini.

 

Artikel Lainnya

Melindungimu, Memilikimu – Refleksi Surah An Nas Bagian Pertama

Melindungimu, Memilikimu – Refleksi Surah An Nas Bagian Pertama

Muslim praying at masjid

Surah An-Nas merupakan surah Makkiyah yang terdiri dari 6 ayat. Dari terjemahan bahasa Indonesianya, ada koma (,) di setiap ayatnya. Nah baru di akhir ayat terdapat tanda titik (.)

So, ayat ini bisa dikatakan 1 kalimat. 6 Ayat yang saling sambung-menyambung menjadi 1 kalimat. MasyaAllah.

Then, surah An-Nas juga disebut sebagai Al-Mu’awidzatain (المعوذتین) artinya 2 perlindungan. Ada dua surah perlindungan yaitu surah An-Nas dan Al-Falaq.

Al-Falaq jadi perlindungan kehidupan dunia, fisik, eksternal. An-Nas jadi perlindungan kehidupan akhirat, hati, internal

“Dua ayat ini sangat couple dan melengkapi.” 

Nah, uniknya surah Al-Falaq ini hanya ada 1 asma Allah رَبِّ الْفَلَقِ (Robbil Falaq) tapi mempunyai 4 kejahatan yaitu makhluk, waktu malam, sihir, dan hasad.

Sedangkan di surah An-Nas ada 3 asma Allah رَبِّ (Rabb), مَلِكِ (Malik), إلَٰهِ (Illah), tapi mempunyai 1 kejahatan yaitu hasutan setan.

Nah, pertanyaannya sekarang. Kenapa Allah sampai ngasih 3 asma untuk 1 masalah? Dan ngasih 1 asma untuk 3 masalah? 

Oke, kita bahas yang 3 asma untuk 1 masalah. Disini tuh, seolah-olah Allah mention ada masalah yang amat sangat besar, sehingga harus dibantu dengan 3 bantuan.

Problem itu adalah problem akhirat dan problem yang ada di dalam hati kita. Problem yang harus lebih aware dan concern terhadapnya. Ini sangat-sangat berhubungan dengan keimanan & akhirat kita.

Oke, sekarang kita breakdown 3 asma Allah yang tadi udah dibahas tadi.

  1. رَبِّ (Rabb) | Owner, Pemilik 
  2. مَلِكِ (Malik) | King, Raja 
  3. إِلَٰهِ (Illah) | God, Tuhan 

Kenapa urutannya begini? Kenapa nggak dibalik-balik aja?

Analoginya gini, seorang owner yang punya tv rusak pasti dia akan memperbaiki tvnya ke tempat service center yang punya otoritas lebih tinggi daripada owner. Tapi ternyata centernya nggak bisa memperbaiki, apa yang owner lakukan? Pasrah.

Begitu juga bagi orang yang kehilangan motor, pasti akan lapor ke pihak yang berwajib dan solusi terakhirnya, ya pasrah ke Allah.

Balik lagi…, Kenapa Rabb dulu? Kenapa enggak Malik dulu atau Illah dulu?

Ayat 1

رَبِّ (Rabb) artinya purify = memurnikan, mensucikan, menjernihkan, membersihkan, menyaring. Kata Rabb ini sama seperti kata yang sering kita kenal yaitu “Riba, akar katanya (ر ب ب atau رب و). Riba – rabbat = plan to grow, tumbuh, berkembang semakin banyak

Di dunia ini nggak ada yang instan, guys.

Allah bersifat Rabb karena menghendaki adanya proses. Allah membuat seluruh makhluknya untuk mengalami sebuah proses. Di setiap proses inilah sejatinya hanya Allah yang selalu dihadirkan untuk menemani kita sampai final.

Kita harus tumbuh dan berkembang ditemani Allah. Dalam setiap prosesnya pula, Allah akan mempurify diri kita, akan memurnikan diri kita.

Rabb

Misalnya gini deh, saat kita punya sesuatu barang, kita pasti berusaha untuk merawat dan menjaganya dengan baik, tapi kita nggak bisa merawatnya dengan stabil/konsisten. But, Allah merawatnya dengan konsisten dan teliti banget.

Ini sama seperti halnya orang tua kita. Yang merawat dan menjaga anaknya dengan baik dengan penuh kasih sayang. Maka dari itu, orang tua bisa disebut dengan murabbi = rabb.

Nah, kasusnya sekarang…, terkadang ada seorang anak (bukan kita kok, tapi di luar sana) berperilaku kepada orang tuanya, merasa udah bisa hidup sendiri gitu, “aku bisa ngelakuin semuanya sendiri”. Bahkan sampai bilang, “kayaknya aku nggak butuh orang tua lagi.”

Seolah merasa independen dan bebas, tidak bergantung lagi sama orang tua.

Tapi giliran kalau ada masalah/sakit, gak punya uang misalnya. Kemana kita akan mengadu? Kemana kita akan meminta pelukan? Ya kemana lagi kalau bukan ke orang tua.

Iya, begitu juga manusia ke Allah. Manusia tuh kalau udah berlimpah nikmat, merasa happy banget dengan yang didapatkan saat ini. Dia pasti lupa sama Allah, nggak butuh Allah lagi.

Tapi…, Kalau lagi ditimpa ujian, lagi berat banget ditimpa masalah. Pasti tuh manusia akan balik lagi ke Allah. Ngadu lagi ke Allah.

Masuk Lebih Deep Lagi Yuk Per Katanya…

Part 1: Qul

Inilah kenapa di awal surah An-Nas ada kata قُلْ (qul) “katakanlah”

Kata ini seperti mengisyaratkan kita untuk berlindung kepada Allah, menyadari siapa Rabb kita. Dan tentunya juga menegaskan bahwa diri kita itu butuh di-install terus menerus agar selalu butuh Allah.

Selain itu, kata قُلْ (qul) bermaksud untuk menghilangkan sifat arogan, sombong, dan memaksa diri kita untuk menjadi humble atau rendah hati.

Kalau analoginya tu gini

Misalnya ada orang tua yang tau kalau si anaknya minta makan. Lalu apakah ibunya langsung memberikan makan begitu saja? Tentunya tidak. Ibunya pasti mengajarkan untuk meminta tolong dengan baik, “Ayo, anak ibu yang sholeh/sholehah kalau minta makan bilang apa dulu?”

Lalu sang anak minta ke ibunya, “ibu, aku mau makan, lauknya yang banyak, nasinya banyak, sayurnya dikit aja boleh?”

Padahal kan, ibu bisa saja bersikap peka kepada anaknya yang mau makan. Mengambilkan makanan lalu menyuapinya. Tapi ada kalanya sang ibu tetap harus mengajari anaknya untuk meminta/membicarakan apa yang diminta.

Ini biar apa sih? Biar si anaknya sadar diri dengan posisinya sebagai anak, bukan atasan atau bos.

Allah tuh juga gitu….

Allah akan selalu peka dengan hambanya yang butuh banget bantuan. Allah bisa banget melindungi tanpa perlu hambanya meminta terlebih dahulu. Nah, tapi di surah ini tuh Allah enggak gitu. Allah ingin mengajari ke kita untuk lebih sadar diri bahwa posisi kita adalah seorang hamba yang butuh banget sosok Rabb sebagai pelindung. Allah ingin kita untuk meminta kalau butuh bantuan. 

Part 2: A’udzu

Selanjutnya, kata أَ عُوذُ (a’udzu) = ta’awudz = uwadz. Artinya sesuatu yang lengket banget dan susah untuk dilepas.

Layaknya tengkleng yang memiliki daging sisa, yang masih menempel di tulang dan susah banget untuk dilepas.

Nah, kalau di translate per katanya artinya “berlindung”, tapi bisa juga berarti “bergantung”.

Yang lengket tuh biasanya sulit banget buat dilepas, kalau yang kuat tadi bisa dilepas berarti nggak bisa disebut kuat lagi.

Kata ini tuh seperti menegaskan buat manusia. Kalau sebenarnya manusia tuh pengen banget nempel sama Allah. Pengen selalu bersama-sama dengan Allah. Di setiap langkah kakinya ditemani terus sama Allah. 

Nggak tau lagi deh, apa jadinya kalau kita udah nggak nempel lagi dengan Allah. Pastinya hidup kita akan terasa hampa, hilang, sia-sia, bahkan bisa kering dimakan setan.

Ya Allah aku pengen deket denganMu, agar Engkau bisa melindungiku

#stayclosewithAllah

Part 3: Rabb

Kata selanjutnya di ayat 1, yaitu Rabb. Nah, berhubung kata Rabb tadi udah dibahas di atas. Kita bahas kata yang selanjutnya aja ya, yaitu النَّاس.

Kata النَّاس (Nas) = manusia. Bermakna penekanan/taukid.

Kata ini tuh unik banget. Kenapa kok unik? Kata ini artinya manusia (subjek), biasanya kalau subjek itu di depan. Tapi kenapa ini di akhir?

Jadi gini. Di kata ini Allah mentionnas-nas”, manusia-manusia. Manusia disini bermakna penekanan/taukid. Ini untuk menunjukkan agar manusia lebih aware dengan Rabbnya.

Allah ingin mengatakan bahwa, ya yang punya manusia tuh Allah. Yang tau isi hati manusia tuh hanya Allah. Sebab Allahlah yang menciptakan manusia. Allahlah yang tau baik buruknya manusia.Tuhannya manusia, Rajanya manusia, Sesembahannya manusia.”

Artikel Lainnya