quranreview

Muslim praying at masjid

Surah An-Nas merupakan surah Makkiyah yang terdiri dari 6 ayat. Dari terjemahan bahasa Indonesianya, ada koma (,) di setiap ayatnya. Nah baru di akhir ayat terdapat tanda titik (.)

So, ayat ini bisa dikatakan 1 kalimat. 6 Ayat yang saling sambung-menyambung menjadi 1 kalimat. MasyaAllah.

Then, surah An-Nas juga disebut sebagai Al-Mu’awidzatain (المعوذتین) artinya 2 perlindungan. Ada dua surah perlindungan yaitu surah An-Nas dan Al-Falaq.

Al-Falaq jadi perlindungan kehidupan dunia, fisik, eksternal. An-Nas jadi perlindungan kehidupan akhirat, hati, internal

“Dua ayat ini sangat couple dan melengkapi.” 

Nah, uniknya surah Al-Falaq ini hanya ada 1 asma Allah رَبِّ الْفَلَقِ (Robbil Falaq) tapi mempunyai 4 kejahatan yaitu makhluk, waktu malam, sihir, dan hasad.

Sedangkan di surah An-Nas ada 3 asma Allah رَبِّ (Rabb), مَلِكِ (Malik), إلَٰهِ (Illah), tapi mempunyai 1 kejahatan yaitu hasutan setan.

Nah, pertanyaannya sekarang. Kenapa Allah sampai ngasih 3 asma untuk 1 masalah? Dan ngasih 1 asma untuk 3 masalah? 

Oke, kita bahas yang 3 asma untuk 1 masalah. Disini tuh, seolah-olah Allah mention ada masalah yang amat sangat besar, sehingga harus dibantu dengan 3 bantuan.

Problem itu adalah problem akhirat dan problem yang ada di dalam hati kita. Problem yang harus lebih aware dan concern terhadapnya. Ini sangat-sangat berhubungan dengan keimanan & akhirat kita.

Oke, sekarang kita breakdown 3 asma Allah yang tadi udah dibahas tadi.

  1. رَبِّ (Rabb) | Owner, Pemilik 
  2. مَلِكِ (Malik) | King, Raja 
  3. إِلَٰهِ (Illah) | God, Tuhan 

Kenapa urutannya begini? Kenapa nggak dibalik-balik aja?

Analoginya gini, seorang owner yang punya tv rusak pasti dia akan memperbaiki tvnya ke tempat service center yang punya otoritas lebih tinggi daripada owner. Tapi ternyata centernya nggak bisa memperbaiki, apa yang owner lakukan? Pasrah.

Begitu juga bagi orang yang kehilangan motor, pasti akan lapor ke pihak yang berwajib dan solusi terakhirnya, ya pasrah ke Allah.

Balik lagi…, Kenapa Rabb dulu? Kenapa enggak Malik dulu atau Illah dulu?

Ayat 1

رَبِّ (Rabb) artinya purify = memurnikan, mensucikan, menjernihkan, membersihkan, menyaring. Kata Rabb ini sama seperti kata yang sering kita kenal yaitu “Riba, akar katanya (ر ب ب atau رب و). Riba – rabbat = plan to grow, tumbuh, berkembang semakin banyak

Di dunia ini nggak ada yang instan, guys.

Allah bersifat Rabb karena menghendaki adanya proses. Allah membuat seluruh makhluknya untuk mengalami sebuah proses. Di setiap proses inilah sejatinya hanya Allah yang selalu dihadirkan untuk menemani kita sampai final.

Kita harus tumbuh dan berkembang ditemani Allah. Dalam setiap prosesnya pula, Allah akan mempurify diri kita, akan memurnikan diri kita.

Rabb

Misalnya gini deh, saat kita punya sesuatu barang, kita pasti berusaha untuk merawat dan menjaganya dengan baik, tapi kita nggak bisa merawatnya dengan stabil/konsisten. But, Allah merawatnya dengan konsisten dan teliti banget.

Ini sama seperti halnya orang tua kita. Yang merawat dan menjaga anaknya dengan baik dengan penuh kasih sayang. Maka dari itu, orang tua bisa disebut dengan murabbi = rabb.

Nah, kasusnya sekarang…, terkadang ada seorang anak (bukan kita kok, tapi di luar sana) berperilaku kepada orang tuanya, merasa udah bisa hidup sendiri gitu, “aku bisa ngelakuin semuanya sendiri”. Bahkan sampai bilang, “kayaknya aku nggak butuh orang tua lagi.”

Seolah merasa independen dan bebas, tidak bergantung lagi sama orang tua.

Tapi giliran kalau ada masalah/sakit, gak punya uang misalnya. Kemana kita akan mengadu? Kemana kita akan meminta pelukan? Ya kemana lagi kalau bukan ke orang tua.

Iya, begitu juga manusia ke Allah. Manusia tuh kalau udah berlimpah nikmat, merasa happy banget dengan yang didapatkan saat ini. Dia pasti lupa sama Allah, nggak butuh Allah lagi.

Tapi…, Kalau lagi ditimpa ujian, lagi berat banget ditimpa masalah. Pasti tuh manusia akan balik lagi ke Allah. Ngadu lagi ke Allah.

Masuk Lebih Deep Lagi Yuk Per Katanya…

Part 1: Qul

Inilah kenapa di awal surah An-Nas ada kata قُلْ (qul) “katakanlah”

Kata ini seperti mengisyaratkan kita untuk berlindung kepada Allah, menyadari siapa Rabb kita. Dan tentunya juga menegaskan bahwa diri kita itu butuh di-install terus menerus agar selalu butuh Allah.

Selain itu, kata قُلْ (qul) bermaksud untuk menghilangkan sifat arogan, sombong, dan memaksa diri kita untuk menjadi humble atau rendah hati.

Kalau analoginya tu gini

Misalnya ada orang tua yang tau kalau si anaknya minta makan. Lalu apakah ibunya langsung memberikan makan begitu saja? Tentunya tidak. Ibunya pasti mengajarkan untuk meminta tolong dengan baik, “Ayo, anak ibu yang sholeh/sholehah kalau minta makan bilang apa dulu?”

Lalu sang anak minta ke ibunya, “ibu, aku mau makan, lauknya yang banyak, nasinya banyak, sayurnya dikit aja boleh?”

Padahal kan, ibu bisa saja bersikap peka kepada anaknya yang mau makan. Mengambilkan makanan lalu menyuapinya. Tapi ada kalanya sang ibu tetap harus mengajari anaknya untuk meminta/membicarakan apa yang diminta.

Ini biar apa sih? Biar si anaknya sadar diri dengan posisinya sebagai anak, bukan atasan atau bos.

Allah tuh juga gitu….

Allah akan selalu peka dengan hambanya yang butuh banget bantuan. Allah bisa banget melindungi tanpa perlu hambanya meminta terlebih dahulu. Nah, tapi di surah ini tuh Allah enggak gitu. Allah ingin mengajari ke kita untuk lebih sadar diri bahwa posisi kita adalah seorang hamba yang butuh banget sosok Rabb sebagai pelindung. Allah ingin kita untuk meminta kalau butuh bantuan. 

Part 2: A’udzu

Selanjutnya, kata أَ عُوذُ (a’udzu) = ta’awudz = uwadz. Artinya sesuatu yang lengket banget dan susah untuk dilepas.

Layaknya tengkleng yang memiliki daging sisa, yang masih menempel di tulang dan susah banget untuk dilepas.

Nah, kalau di translate per katanya artinya “berlindung”, tapi bisa juga berarti “bergantung”.

Yang lengket tuh biasanya sulit banget buat dilepas, kalau yang kuat tadi bisa dilepas berarti nggak bisa disebut kuat lagi.

Kata ini tuh seperti menegaskan buat manusia. Kalau sebenarnya manusia tuh pengen banget nempel sama Allah. Pengen selalu bersama-sama dengan Allah. Di setiap langkah kakinya ditemani terus sama Allah. 

Nggak tau lagi deh, apa jadinya kalau kita udah nggak nempel lagi dengan Allah. Pastinya hidup kita akan terasa hampa, hilang, sia-sia, bahkan bisa kering dimakan setan.

Ya Allah aku pengen deket denganMu, agar Engkau bisa melindungiku

#stayclosewithAllah

Part 3: Rabb

Kata selanjutnya di ayat 1, yaitu Rabb. Nah, berhubung kata Rabb tadi udah dibahas di atas. Kita bahas kata yang selanjutnya aja ya, yaitu النَّاس.

Kata النَّاس (Nas) = manusia. Bermakna penekanan/taukid.

Kata ini tuh unik banget. Kenapa kok unik? Kata ini artinya manusia (subjek), biasanya kalau subjek itu di depan. Tapi kenapa ini di akhir?

Jadi gini. Di kata ini Allah mentionnas-nas”, manusia-manusia. Manusia disini bermakna penekanan/taukid. Ini untuk menunjukkan agar manusia lebih aware dengan Rabbnya.

Allah ingin mengatakan bahwa, ya yang punya manusia tuh Allah. Yang tau isi hati manusia tuh hanya Allah. Sebab Allahlah yang menciptakan manusia. Allahlah yang tau baik buruknya manusia.Tuhannya manusia, Rajanya manusia, Sesembahannya manusia.”

Artikel Lainnya